KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kita panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerahNya
sehingga pembuatan makalah “ASKEP PADA PASIEN TUMOR TULANG” dan selesai dengan
baik dan tepat waktu. Adapun askep ini mengandung beberapa pembahasan yang dapat
digunakan oleh perwat ketika menangani pasien dengan tumor tulang, sehingga
perawat dapat melakukan tindakan yang benar dalam hal asuhan keperawatan dan
perawatan pada pasien tersebut. Dan
bukan hanya askep, melainkan makalah ini mengandung Pengertian, klasifikasi,
etiologi serta patofisiologi tumor tulang yang diharapkan dapat membantu
perawat memahami betul penyebab dan mengklasifikasikan penyakit tersebut agar
ketika berkolaborasi dengan Medis lainnya seperti Dokter, tidak menimbulkan
kebimbangan dan keraguan dalam melaksanakannya.
Namun kami
menyadari bahwa makalah ini sungguh tidaklah sempurna seperti yang diharapkan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari dosen kami yang dapat
membangun serta membuat kami kedepannya dapat lebih baik dalam meyelesaikannya.
Demikianlah
kata pengantar yang dapat kami sampaikan, dan akhir kata kami berharapa agar
makalah ini dapat berfungsi dan bermanfaat bagi kita semua.
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Benjolan pada tubuh seseorang terutama
pada bagian tulang tentunya sangat tidak bagus dalam pandangan, dikarena
menimbulkan kesan yang aneh pada tubuh seseorang, misalnya benjolan pada lutut
maupun bagian tubuh yang lain. Tumor tulang merupakan penyakit yang bisa
membuat seseorang malu akan penampilan fisiknya sehingga malu untuk
menunjukkannya pada masyarakat. Dan kita tahu bahwa sistem muskuloskeletal merupakan sistem yang sangat
penting dalam tubuh manusia unruk menunjang bentuk tubuh, membantu proses
pergerakan dan melindungi organ-organ yang lainnya.
Jadi
akan sangat terasa jika ada bagian pada tulang yang mengalami gangguan terutam
semisal tumor tulang.
Tumor pada umumnya ada yang
bersifat primer dan sekunder. Tumor prime yaitu tumor yang hanya
berada/menggerogoti satu bagian tubuh saja, misalnya tumor pada payudara.
Sedangkan tumor sekunder merupakan tumor yang sudah menyebar kebagian tubuh
yang lain, semisal tumor payudara yang gejalanya menjalar sampe ke paru-paru
atau orga vital lainnya.
Peran perawat sangat di butuhkan
dalam membantu menangani pasien dengan tumor tulang, dikarenakan pasien akan
sangat kesulitan dalam hal mobilisasi gerak, oleh karena itu perawat dituntut
agar bisa menguasai secara penuh mengenai penyakit tersebut sehingga bisa
bekerja secara profesional dalam melakukan asuhan keperawatan dan perawatan
yang suportif pada penderita tumor tulang
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah yang diangkat adalah
1.
Defenisi tumor tulang
2.
Menjelaskan diagnosa dan diagnosa banding
3.
Menjelaskan etiologi hingga patofisiologi serta
manifestasi klinis
4.
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien
tumor tulang
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui pengertian tumor tulang
2.
Mengetahui klasifikasi tumor tulang
3.
Mengetahui
etiologi tumor tulang
4.
Mengatahui patofisiologi tumor tulang
5.
Mengetahui jenis-jenis tumor tulang
6.
Manifestasi klinis
D.
MANFAAT
Diharapkan
melalui makalah ini perawat bisa lebih memahami dan mengerti mengenai tumor
tulang, sehingga bisa menjadi pedoman jika dikemudian hari merawat pasien
dengan diagnosa medis tumor tulang, sehingga bisa melakukan tindakan dan asuhan
keperawatan dengan tepat dan perawatan yang profesional
BAB
2
DEFENISI
A.
TEORI MEDIS
Tumor
tulang adalah pertumbuhan sel baru yang abnormal(neoplasma), progresif dimana
sel-sel nya tidak pernah menjadi dewasa. Neoplasma merupakan masa abnormal dari
jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan
normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang
menimbulkan perubahan tersebut.
Tumor tulang ada yang primer dan sekunder.
Tumor primer yaitu tumor yang hanya
berada/menggerogoti satu bagian tubuh saja, misalnya tumor pada payudara.
Sedangkan tumor sekunder merupakan tumor yang sudah menyebar kebagian tubuh
yang lain, semisal tumor payudara yang gejalanya menjalar sampe ke paru-paru
atau organ vital lainnya.
B.
KLASIFIKASI
1)
Primer
a. Tumor yang
membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : - Osteoid
Osteoma
Ganas: -
Osteosarkoma
- Osteoblastoma
- Parosteal
Osteosarkoma, Osteoma
b. Tumor yang
membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak : -
Kondroblastoma
Ganas : -
Kondrosarkoma
- Kondromiksoid
Fibroma
- Enkondroma
- Osteokondroma
c. Tumor jaringan
ikat (Fibrogenik)
Jinak : - Non
Ossifying Fibroma
Ganas : -
Fibrosarkoma
d. Tumor sumsum
tulang (Myelogenik)
Ganas : -
Multiple Myeloma
Sarkoma Ewing
Sarkoma Sel
Retikulum
e. Tumor
lain-lain
Jinak : - Giant
cell tumor
Ganas : -
Adamantinoma
- Kordoma
2) Sekunder/Metastatik
3) Neoplasma
Simulating Lesions
- Simple bone
cyst
- Fibrous
dysplasia
- Eosinophilic
granuloma
- Brown
tumor/hyperparathyroidism
Klasifikasi
menurut TNM.
• T. Tumor induk
• TX tumor tidak
dapat dicapai
• T0 tidak
ditemukan tumor primer
• T1 tumor
terbatas dalam periost
• T2 tumor
menembus periost
• T3 tumor masuk
dalam organ atau struktur sekitar tulang
• N Kelenjar limf
regional
• N0 tidak
ditemukan tumor di kelenjar limf
• N1 tumor di
kelenjar limf regional
• M. Metastasis
jauh
• M1 tidak
ditemukan metastasis jauh
• M2 ditemukan metastasis jauh
C.
ETIOLOGI
Penyebab
pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan
bahwa
peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor
tulang.
•Radiasi
sinar radio aktif dosis tinggi
•Keturunan
•Beberapa
kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan
radiasi )
(Smeltzer.
2001)
Namun
ada beberapa faktor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi penyebab tumor
tulang meliputi
Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya
keganasan tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma
(STS). Dari data penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat
menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai
peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen RB-1 dan p53.
Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang
juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute
2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53
yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah
tubuh yang terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma
maligna yang mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko
terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9
%. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan
radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya
buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah
malignant fibrous histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma.
Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11
tahun.
Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga
dapat menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap
torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan
angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan
mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma
hepatik.
Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak
mempunyai riwayat trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan
sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat
dibuktikan.
Limfedema
kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat
menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas
superior ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi
pasca-mastektomi.
Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga
disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis
akibat obstruksi, filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.
D.
PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak
diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon
osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon
osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.
Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan
fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus,
radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat
bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya
secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan
jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya
tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada
umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat
sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat
anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya
melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di
tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya
dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi
terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya,
baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang
mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel,
duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada
saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
E. JENIS-JENIS KANKER TULANG
a)
Kondrosarkoma
Kondrosarkoma
merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang
dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral. Tumor ini paling sering
menyerang laki-laki berusia diatas 35 tahun. Gejala yang paling sering adalah
massa tanpa nyeri yang berlangsung lama. Contoh lesi perifer sering kali tidak
menimbulkan gejala-gejala tertentu untuk jangka waktu yang lama dan hanya
merupakan pembesaran yang dapat diraba dan hampir tidak menimbulkan gangguan.
tetapi mungkin akan disusul dengan suatu pertumbuhan yang cepat dan agresif. Tempat-tempat yang paling sering ditumbuhi
tumor ini adalah : pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu dan tulang-tulang
kraniofasial.
Pada radiogram
kondroskoma akan tampak sebagai suatu daerah radiolusen dengan bercak-bercak
perkapuran yang tidak jelas. penatalaksanaan terbaik yang dilakukan pada saat
ini adalah dengan eksisi radikal, tetapi bisa dilakukan juga dengan bedah beku,
radioterapi, dan kemotrapi. untuk lesi-lesi besar yang agresif dan kambuh
berulang-ulang, penatalaksanaan yang paling tepat mungkin adalah dengan
melakukan amputasi.
b)
Osteosarcoma
Osteosarcoma merupakan penyakit
ganas sistemik yang terjadi pada sel tulang, komponen hematopietik pada tulang,
tulang rawan dan finrous atau bahan sinovial.
Dalam klinis osteosarcoma dapat
dibagi dalam; osteosarcoma primer dan sekunder.
Osteosarcoma primer jarang djumpai
kebanyakan metastase dari tempat atau jaringan lainnya. Sedangkan osteosarcoma
sekunder sering terjadi pada pinggul, tulang belakang, tulang paha dan lainnya.
c) Sarkoma
Ewing
Sarkoma Ewing paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan
tempat yang palings sering adalah korpus tulang-tulang panjang. Penampilan
kasar adalah berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang
dan
merusak korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk
lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang
sehingga membentuk gambaran seperti tulang bawang.
d)
Multiple
Myeloma
Tumor ini merupakan perpaduan antara salah satu
tumor diatas, misalnya jika seorang pasien kanker tulang didiagnosa mengidap
kanker tulang jenis osteosarcoma namun di sisi ain dia juga mengalami
kondrosarcoma
F. MANIFESTASI
KLINIS
1.
Rasa sakit
(nyeri),
Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan
meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
2.
Pembengkakan
Pembengkakan
pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas (Gale. 1999: 245).
3.
Keterbatasan
gerak
4.
Fraktur
patologik.
5.
Menurunnya
berat badan
6.
Teraba
massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta
distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
7.
Gejala-gejala
penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan
malaise (Smeltzer. 2001: 2347).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Pemeriksaan
radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.
2.
CT scan
dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3.
Biopsi
terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi,
eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
4.
Skrening
tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5.
Pemeriksaan
darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
6.
MRI
digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya.
7.
Scintigrafi
untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad. 2003).
H. PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksanaan
tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan
penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi
jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh
atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi,
radioterapi, atau terapi kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan
pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan
biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi
(siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini
mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat
hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal
intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin,
kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
Tujuan dari
penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengangkat jaringan maligna
dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
Secara umum
penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:
1. Pada pengangkatan
tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan amputasi pada ekstrimitas
yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang melalui tulang atau sendi di
atas tumor untuk control lokal terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan
kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan menggunakan
prosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembali penempatan
tulang-tulang.
2. Kemoterapi
Obat yang
digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan factor citrovorum,
adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.
BAB
3
TINJAUAN KASUS
This 15 year old boy has a painful tumor in his tibia,
near the knee. A biopsy showed “giant cells” in the lesion. It continued to
grow, and he has pain, a mass, and substantial leg atropy.
•
Radiological
findings :
A
sclerotic and granular appearing lesion in the posterior and lateral tibia
plateau, just under the joint surface, with some enlargement of the bone. There
is a healed incision, without any sign of infection, but the area is very
tender to the touch.
•
Laboratory
result :
None
available
•
Differential
Diagnosis :
chondroblastoma, osteosarcoma
•
Treatment
option :
Based
on a presumptive diagnosis, a thorough curettage of the lesion was performed
Seoran
anak berumur 15 tahun memiliki tumor yang menyakitkan pada tulang keringnya,
dekat lutut. Hasil pemeriksaan biopsi menunjukkan adanya “sel-sel raksasa” pada lesi. Dan itu tumor itu terus bertumbuh,
dan terasa sakit/nyeri, adanya massa, dan atrofi kaki yang substansial.
·
Pemeriksaan
radiologi
Munculnya
lesi sklerotik dan granular di posterior dan lateral tibia plateau, hanya
dibawah permukaan sendi, dengan beberapa pembesaran pada tulang. Terdapat
sayatan yang sembuh, tanpa tanda infeksi, tapi sangat lunak/lembek di sentuh.
·
Hasil
laboratorium
Tidak
tersedia
·
Diagnosa
banding
Chondroblastoma,
osteosarcoma
·
Opsi
pengobatan
Berdasarkan
anggapan diagnosis,
Berdasarkan
kasus diatas, anak tersebut menderita kanker tulang jenis osteosarcoma,
dikarenakan osteosarcoma cenderung mempengaruhi akhir dan atas tibia, dan
berdasarkan kasus menunjukkan 60% osteosarcoma terjadi disekitaran lutut, 15%
sekitar pinggul, 10% paha, dan 8% di rahang.
Sedangkan Tempat-tempat yang
paling sering ditumbuhi tumor ini adalah : pelvis, femur, tulang iga, gelang
bahu dan tulang-tulang kraniofasial.
BAB
4
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Tanggal
pengkajian : 17 Desember 2014
Masuk
RS : 15 Desember 2014
Ruang
: mawar
Jam
: 09.15
No.
Rekam medis : 120341
1.
IDENTITAS KLIEN
NAMA : JOKOWI DUHA
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : kristen
Pendidikan : SMA
Alamat : jl. Kuda
terbang no. 89
Suku/bangsa : WNI
PENANGGUNG JAWAB KLIEN
Nama : Jusuf kala
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : wirausaha
Hubungan denga pasien : Anak
Alamat : jl. Kuda
terbang no. 89
2.
PEMERIKSAAN FISIK
·
Nyeri tekan /
nyeri lokal pada tulang kering dekat lutut
·
Pada palpasi teraba massa pada derah tibia dekat lutut
·
peningkatan suhu kulit di atas massa
serta adanya pelebaran vena
·
Pembengkakan pada atau di atas tulang
atau persendian serta pergerakan yang terbatas
3.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan radiologi
Munculnya
lesi sklerotik dan granular di posterior dan lateral tibia plateau, hanya
dibawah permukaan sendi, dengan beberapa pembesaran pada tulang. Terdapat
sayatan yang sembuh, tanpa tanda infeksi, tapi sangat lunak/lembek di sentuh.
·
Hasil
laboratorium
Tidak
tersedia
4. ANALISA
DATA
SIGN/SYMPTOM
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
|
DS
-Pasien merasa nyeri pada tulang
kering dekat lutut
DO
-adanya nyeri tekan pada tibia dekat
lutut
-keletiihan
- adanya massa
|
-adanya agen
cedera biologi
|
Nyeri akut
|
|
DS
-pasien
merasa takut akan penyakitnya yang semakin memburuk sehingga tidak memikirkan
hal lain termasuk makan
DO
-cemas
-kurang
pengetahuan
|
Status hipermetabolik berkenaan dengan kanker
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
|
DS
- pasien
mengatakan sangat takut jika penyakitnya berpengaruh terhadap masa depannya
DO
-lemah
-kehilangan alat gerak
-mobilisasi terbatas
|
rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang
proses penyakit, dan sistem pendukung yang tidak adekuat
|
koping tidak efektif
|
|
DS
-pasien merasa tidak percaya diri akan kondisinya
saat ini
DO
-hilangnya fungsi alat gerak
-mobilisasi yang terbatas
|
Hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
|
Gangguan harga diri
|
|
DS
-
DO
-raut wajah bersedih
|
Adanya kemungkinan kehilangan alat gerak
|
Berduka
|
|
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data diatas,
dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dianosa keperawatan adalah:
ü
Nyeri akut b/d cedera agen biologi
ü Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d Status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker
ü Koping tidak
efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang
proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
ü Gangguan harga
diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
ü Berduka
berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak
C.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1
Tujuan: klien mengalami pengurangan
nyeri
Intervensi :
•Kaji status nyeri ( lokasi,
frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )
R/ memberikan data dasar untuk
menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
•Berikan lingkungan yang nyaman, dan
aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi )
R/ meningkatkan relaksasi klien.
•Ajarkan teknik manajemen nyeri
seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan
imajinasi.
R/ meningkatkan relaksasi yang dapat
menurunkan rasa nyeri klien
Kolaborasi :
•Berikan analgesik sesuai kebutuhan
untuk nyeri.
R/ mengurangi nyeri dan spasme otot
Dx
2
Tujuan
: Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif
dalam aturan
Pengobatan
Intervensi
:
•Motivasi
pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.
R/
memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta
kesalahan konsep
tentang
diagnosis
•Berikan
lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk
mendiskusikan
perasaan
atau menolak untuk berbicara.
R/
membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima
dengan kondisi apa
adanya
•Pertahankan
kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.
R/
memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
•Berikan
informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
R/
dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau
pilihan sesuai realita
Dx
3
Tujuan :
mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
Intervensi
:
•Catat
asupan makanan setiap hari
R/
mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
•Ukur
tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
R/
mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan
dan pengukuran
antropometrik
kurang dari normal
•Berikan
diet TKTP dan asupan cairan adekuat.
R/
memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk
menghilangkan produk sisa.
Kolaborasi
:
•Pantau
hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
R/
membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi
(Doenges,
1999)
Dx
4
Tujuan
: mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan
tidak
berdaya,
putus asa dan tidak mampu.
Intervensi
:
•Diskusikan
dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan
pribadi
pasien
dan keluarga.
R/
membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
•Motivasi
pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau
pengobatan.
R/
membantu dalam pemecahan masalah
•Pertahankan
kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan
menyentuh
pasien
R/
menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan
keluarga.
(Doenges,
1999)
Dx.
5
Tujuan
: Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
Intervensi
:
•Lakukan
pendekatan langsung dengan klien.
R/
meningkatkan rasa percaya dengan klien.
•Diskusikan
kurangnya alternatif pengobatan.
R/
memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.
•Ajarkan
penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai
dengan
kemampuan
pasien.
R/
membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.
•Motivasi
dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain
R/
secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi
D.
EVALUASI
1. Pasien mampu mengontrol nyeri
a. Melakukan teknik manajemen nyeri,
b. Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
c. Tidak mengalami nyeri atau mengalami
pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan
aktifitas hidup sehari-hari
2. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah
yang efektif.
a. Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
b. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien
c. Keluarga mampu membuat keputusan tentang
pengobatan pasien
3. Masukan nutrisi yang adekuat
a. Mengalami peningkatan berat badan
b. Menghabiskan makanan satu porsi setiap
makan
c. Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
4. Memperlihatkan konsep diri yang positif
a. Memperlihatkan kepercayaan diri pada
kemampuan yang dimiliki pasien
b. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra
diri
5. Klien dan keluarga siap intuk
menghadapi kemungkinan amputasi
BAB 5
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor
tulang merupakan penyakkit yang hampir sama dengan kanker, demikian juga dengan
pengklasifikasiannya. Penyebab tumor tullang belum pasti namun berdasarkan
uraian diatas terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi munculnya tumor
tulang, diataranya genetik, radiasi, bahan kimia, infeksi dll, namun yang satu
yang pasti, bahwa tumor tulang terjadi karena adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal
terus bertumbuh atau bisa disebut sebagai “sel-sel raksasa”
Dan jika
suatu saat terdapat hal yang demikian, segeralah mengobatinya ke Rumah Sakit
untuk menghindari terjadinya metastase,
B. SARAN
Saya sadar
bahwa makalah ini sungguh sangat tidak sempurna dikarenakan satu atau dua hal,
namun jauh dari itu kami berharap agar makalah ini sedikitnya bisabermanfaat
bagi kita semua dikemudian hari, dan kami juga sangat mengharapkan saran dan
kritikan dari dosen yang dapat membangun dan membantu kami agar dikemudian hari
kami dapat lebih baik lagi dalam mengerjakan apa yang di tugaskan kepada kami,
akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih atas waktu dan kesempatan yang
telah diberikan untuk membaca dan mengoreksi hasil makalah kami ini.
No comments:
Post a Comment